Polusi Suara

Polusi suara hampir tidak mungkin dihindari. Tak hanya suara keras, kebisingan tingkat rendah secara terus menerus akan menurunkan kemampuan dengar. Istirahatkan telinga dari suara-suara bising sebelum budek datang.

Psikolog lingkungan Dr Arline Bronzaft mengatakan makin hari manusia semakin dibanjiri oleh suara-suara. Bukan hanya suara keras yang bisa membuat sakit pendengaran seseorang, tapi juga suara-suara biasa saja yang secara konstan terdengar oleh manusia sepanjang hari.

Dia mengatakan tingkat kebisingan rendah yang terus menerus (kronis) juga bisa menimbulkan masalah kesehatan bagi telinga.

"Dalam 30 tahun terakhir tingkat kebisingan telah meningkat tajam. Hal ini tidak saja mengganggu ketenteraman, tapi juga mempengaruhi kehidupan dan kesehatan sehari-hari," ujar Dr Bronzaft, seperti dikutip dari CBCNews, Rabu (28/4/2010).

Bronzaft menjelaskan ada banyak penelitian yang menunjukkan hubungan antara kebisingan tingkat rendah yang terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi kesehatan.

Kebisingan dalam skala rendah pun bisa memicu sakit kepala, mudah lelah, stres, insomnia, tekanan darah tinggi, masalah jantung dan pencernaan, gangguan sistem kekebalan tubuh, perilaku agresif dan masalah belajar anak-anak.

Suara apa yang merusak telinga?

Para ahli sepakat kebisingan terus menerus yang terjadi di atas 85 desibel akan merusak pendengaran seseorang. Semakin tinggi intensitasnya, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk merusak pendengaran.

Kehilangan pendengaran biasanya terjadi secara bertahap dan tanpa rasa sakit. Gejala mulai kehilangan pendengaran antara lain setelah mendengar suara keras, biasanya telinga akan berdengung atau kesulitan mendengar.

Hal ini disebut dengan ambang pergeseran sementara, setelah beberapa jam atau hari biasanya akan kembali normal. Tapi jika terjadi berulang-ulang, maka pergeseran sementara ini bisa berubah menjadi permanen.

Sebelum kehilangan pendengaran, ada beberapa tanda yang bisa menjadi peringatan dini. Tanda-tanda tersebut seperti dikutip dari CHCHearing.org adalah:

  1. Timbul suara berdengung (tinnitus) di telinga segera setelah terpapar kebisingan.
  2. Kesulitan untuk memahami pembicaraan. Seseorang bisa mendengar semua kata-kata yang diucapkan, tapi tidak dapat mengerti semuanya.
  3. Telinga seperti tertutup setelah terkena paparan suara.

Tidak ada kata terlambat untuk mencegah kehilangan pendengaran akibat suara-suara bising. Mulailah mengistirahatkan telingan dengan cara:

  1. Sebisa mungkin mengecilkan volume suara yang didengar atau dihasilkan.
  2. Menghindari atau mengurangi batas waktu berada dalam tempat yang bising seperti konser musik rock atau klub malam.
  3. Usahakan untuk menggunakan pelindung pendengaran jika harus berada di lingkungan yang bising.
  4. Menghentikan sementara penggunaan headphone.
  5. Menghindari penggunaan headphone untuk meredam suara bising di luar seperti kereta atau lalu lintas.
  6. Gunakanlah volume yang pintar 'smart volume' dalam menggunakan MP3 player.

[dikutip dari:Vera Farah Bararah - detikHealth]


 ----


International Noise Awareness Day
Selasa, 27 April 2010 06:00 WIB
Penulis : Ikarowina Tarigan


KEBISINGAN merupakan salah satu penyebab utama hilangnya pendengaran. Gangguan yang dulunya dikaitkan dengan penuaan ini kini mengalami pergeseran. Data statistik kesehatan Amerika menunjukkan adanya tren bahwa kejadian hilangnya pendengaran terjadi pada usia yang lebih muda. Pergesaran ini dipengaruhi oleh peningkatan kebisingan.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya paparan kebisingan dalam jangka panjang, organisasi nonprofit Center for Hearing and Communication (pusat pendengaran dan komunikasi) di Amerika menetapkan International Noise Awareness Day, yang diperingati setiap 28 April.

Berapa sebenarnya daya dengar telinga dan apa saja yang perlu dilakukan dalam menjaga kesehatan telinga? Berikut uraiannya untuk Anda, seperti dipaparkan di situs chchearing.org:

Batas aman pendengaran
Untuk menentukan apakah sebuah bunyi cukup keras untuk menyebabkan kerusakan telinga, sangat penting mengetahui tingkat intensitas dan lama paparan terhadap bunyi tersebut. Intensitas bunyi dari lingkungan biasanya diukur dengan decibel (dBA).

Nol decibel setara dengan bunyi terlembut yang bisa didengar oleh telinga manusia sehat. Skala ini meningkat, dengan tingkat kenyaringan yang dirasakan berlipat ganda setiap 10 decibel. Para pakar sepakat bahwa paparan kebisingan di atas 85 dBA secara terus-menerus akan membahayakan pendengaran. Secara umum, semakin keras bunyi, semakin cepat gangguan pendengaran muncul.

Proses kerusakan
Kebisingan keras menyerang sel-sel rambut halus di bagian dalam telinga. Ketulian akibat kebisingan biasanya terjadi secara bertahap dan tanpa rasa sakit. Setelah terpapar buyi keras, kemungkinan Anda akan mengalami bunyi dering di telinga atau kesulitan mendengar. Setelah beberapa jam atau beberapa hari, gangguan sementara ini akan kembali normal. Akan tetapi, dengan paparan berulang, gangguan sementara ini bisa menjadi permanen. Begitu terjadi kerusakan permanen, kemampuan mendengar tidak bisa dipulihkan kembali.

Perhatikan gejala
Ketulian akibat kebisingan berkembang secara bertahap dan seringkali disadari setelah terlambat. Akan tetapi, ada beberapa gejala awal yang bisa membantu Anda untuk mendeteksi dini dan melakukan perawatan. Gejala tersebut termasuk:

  • Bunyi berdering dalam telinga segera setelah terpapar kebisingan.
  • Setelah terpapar kebisingan, telinga jadi terkesan sedikit tertutup sehingga Anda kesulitan mendengar kata-kata orang lain.
  • Kesulitan memahami pembicaraan. Artinya, Anda bisa mendengar semua kata-kata, tapi tidak bisa memahami semuanya.

Jika mengalami gejala tersebut, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Lindungi pendengaran
Untuk menghindari ketulian akibat kebisingan, cobalah memperhatikan keributan di sekitar Anda dan kecilkan volume benda-benda elektronik. Hindari dan batasi waktu di area pertandingan olahraga, konser musik rock atau klub malam. Selain itu, cobalah mengenakan pelindung pendengaran, seperti ear foam plug (busa sumbat telinga). (IK/OL-08)

---



International Noise Awareness Day
Selasa, 27 April 2010 10:00 WIB
16 Fakta Menarik Gangguan Pendengaran
Penulis : Ikarowina Tarigan

HILANGNYA pendengaran atau ketulian tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia, tapi bisa dialami manusia dari segala usia. Untuk menambah pemahaman Anda, berikut beberapa fakta lainnya mengenai gangguan pendengaran.
  1. Lebih 90 persen anak-anak yang tuli lahir dari orangtua dengan pendengaran normal.
  2. Sekitar 30 hingga 40 persen orang-orang berusia di atas 65 menderita beberapa tipe gangguan pendengaran.
  3. Sekitar 14 persen dari mereka yang berusia 45 hingga 64 menderita beberapa tipe gangguan pendengaran.
  4. Sekitar 15 persen anak-anak usia enam hingga 19 mengalami hilangnya pendengaran yang bisa diukur, paling tidak di salah satu telinga.
  5. Hilangnya pendengaran terjadi pada lima dari 1.000 bayi baru lahir.
  6. Paparan kebisingan kereta api bawah tanah (subway), 15 menit saja sehari namun berkelanjutan, bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen.
  7. Alat bantu dengar menawarkan perbaikan dramatis pada sebagian besar orang dengan gangguan pendengaran.
  8. Gangguan pendengaran ringan bisa menyebabkan anak ketinggalan 50 persen diskusi di kelas.
  9. Mendengarkan MP3 player dengan volume tinggi bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen seiring waktu.
  10. Dengan deteksi dini dan pelayanan tepat, anak-anak yang tuli bisa megembangkan keterampilan berkomunikasi dengan kecepatan yang sama seperti teman mereka dengan pendengaran normal.
  11. Kebisingan merupakan salah satu penyebab utama hilangnya pendengaran.
  12. Tinnitus (bunyi dering di telinga) menyerang 50 juta orang di Amerika Serikat.
  13. Tes pendengaran sebaiknya dilakukan sejak bayi.
  14. Orang-orang dengan gangguan pendengaran rata-rata menunggu tujuh tahun sebelum mencari bantuan.
  15. Hanya 16 persen dokter yang secara rutin memeriksa hilangnya pendengaran.
  16. Satu dari tiga orang yang berusia di atas 65 mengalami beberapa tingkat gangguan pendengaran. (IK/OL-08)